SEJARAH DAN KEBUDAYAAN MUNA
A. AWAL MULA TERJADINYA PULAU MUNA
Konon ceritanya bahwa dikala daratan muna ini masih ditutupi lautan yaitu sekitar ±3000 th yang lalu, sebuah bahtera ( perahu layar dobol mesin ) sedang berlayar dan kebetulan melewati tentangan pulau muna ini . Nakhoda Bahtera itu di namakan Sawerigadi. Tiba di sekitar pulau muna terlihat bukit batu yang timbul di atas permukaan air laut. Olehkarena tertarik dengan keindahan pemandangan,sehingga Sawerigadi bersama pengikutnya sepakat untuk mendatangi bukit batu itu. Menurut pandangan mereka dari kejauhan , nampaknya berseri-seri serta menunjukkan suatu keanehan sehingga di anggap dapat di jadikan objek wisata. Ketika di dekati tiba-tiba perahu mereka terkandas pada sebuah batu karang hingga selama-lamanya. Setelah diamati dari dekat,ternyata lereng bukit batu itu tumbuhi semacam bunga yang berwarna agak putih, namun tak seindah bunga yang sedang mekar karena di pandang secara dekat nampaknya tidak hidup. Tempat kandasnya Bahtera itu berangsur-angsur kering dan lama kelamaan berangsur-angsur pula menjadi daratan dan pada akhirnya terbentuk menjadi sebuah pulau, itulah pulau muna.
Bahtera itu berangsur-angsur di bungkus oleh batu dan lama kelamaan rangkanya tidak kelihatan lagi karena sudah di telan oleh batu yang saat ini telah menjadi sebuah buki t batu. Pulau Muna dalam bahasa muna tidak di sebut witeno muna , tetapi disebut Witeno Wuna artinya daratan yang di tumbuhi oleh batu berbunga. Adapun fersi lain mengatakan bahwa kata Muna adalah mengandung pengertian hakekat tertentu , namun tak dapat dijelaskan karena Narasumber saya tidak menjelaskan hal itu. Mereka hanya menjelaskan secara transformasi yang berkesinambungan mulai dari Pembawa ajaran agama islam yang pertama di negeri Buton-Muna bernama Syeh Abd Wahid gelar Batu Puaro di sekitar tahun 1540 an mengatakan selagi hidup Nabi Muhammad Saw telah meriwayatkan bahwa masyarakat penghuni dua gugusan pulau di belahan dunia bahagian timur akan dapat menganut ide yang dianggap mampu memelihara moral agama dan bakal menjadi pengikutnya. Dan setelah di cari-cari oleh penyiar Agama dari Arab, ternyata dua pulau yang dimaksud adalah Buton – Muna. Oleh karena terjadinya pulau Muna ini berawal dari kandasnya Bahtera Sawerigadi maka Sawerigadi bersama pengikutnya menganggap muna ini menjadi hak mereka . Sampai beberapa lapis keturunan mereka senatiasa dating memantau keadaan Bahtera milik nenek moyangnya sekaligus mengamati keadaan tananya hingga memungkinkan untuk dijadikan tempat pemukian / perkampungan. Pulau Muna ini di jadikan tempat pemukiman /perkampungan oleh Keturunan Sawerigadi dan pengikutnya hingga selama-lamanya. Merekalah penghuni pertama pulau Muna ini dan didalam bahasa Munanya di sebut Wawono Liwu / Golongan Tolu Bhengkauno Perkampungan mereka di beri nama Wamelai dan Pimpinan atau kepalakampungnya di gelar Meno Wamelai. Batu berbunga (Kontukowuna) terletak di posisi disebelah Selatan Barat Daya Mesjid Raya KotaMuna dengan jarak sekitar ± 1000 m.
B. RIWAYAT BHETENO NETOMBULA
Di masa kepemimpinan Meno Wamelai bernama Lade Balano sekitar ± 1309, tiba-tiba muncul suatu kejadian yang menggeparkan masyrakat,. Konon ceritanya bahwa pada suatu hari , 2 orang masyarakat wamelai masing-masing bernama La Barangka dan La Tongkuno pergi memotong bambu( Tombula ) untuk dinding rumah mereka. Baru pertama kali memotong bambu pada bagian bawah, terdengar suara mengatakan ; Heee… bheta okanthiba ghagheku Artinya awas ,jangan sampai kena kakiku . Selanjutnya memotong lagi bagian atas dan terdengar suara mengatakan ; Heee …. Bheta okhanthiba fotuku Artinya awas jangan sampai kena kepalaku . La Barangka dan La Tongkuno kebingungan karena suara itu seolah-olah terdengar dari dalam bambu. Setelah bamboo itu di belah, tiba-tiba nampak seorang laki-laki yang gagah perkasa. Dalam sekejap mata antara sadar dan tidak, sepertinya mereka tersulap atau terbius oleh suatu keajaiban sehingga perasaan mereka seolah-olah lelaki yang nampak itu keluar dari dalam batang bambu. Dialah yang di gelar BHETENO NETHOMBULA. Selanjutnya La Barangka dan La Tongkuno mengantar lelaki temuannya itu dirumah kediaman MENO WAMELAI . Dihadapan Mieno Wamelai, mereka menceritakan kejadiannya yang ajaib itu,dan Meno Wamelai menyambutnya dengan baik kehadiran Bheteno Netombula . Bahwa munculnya Bheteno Netombula dalam kejadian yang sacral adalah satu pertanda keagungan / Kebesaran Tuhan dan atas kehendak-Nya mendatangkan seorang insan yang memiliki ilmu kesaktian yang sangat bermanfaat bagi masyarakat adalah suatu mujizat yang didapati oleh sebuah negeri. Berhubung La Barangka dan La Tongkuno adalah orang pertama menemukan Bheteno Netombula dalam kejadian ynag sacral maka nama mereka di angkat kepermukaan. Untuk menjadi latar belakang sejarah serta mengabadikan nama La Barangka dan LA Tongkuno, sepanjang masa maka 2 tempat yaitu : 1. Lokasi rumpun bambu tempat penemuan Bheteno Netombula, pada akhirnya di resmikan menjadi sebuah kampung di sebut kampung Barangka. 2. Lingkungan pemukiman kelompok masyarakat yaitu tempat tinggal La Barangka dan La tongkuno pada akhirnya di resmikan pula menjadi sebuah kampung di sebut kampung Tongkuno. Bheteno Netombula adalah bernama Baidizzamani yaitu di ambilkan dari nama neneknya . Bahwa neneknya yang bernama Baidizzamani itu adalah bersepupu satu kali dengan Nabi Muhammad SAW, putra Hamda bin Abdul Muthalib adalah pahlawan yang gugur dalam peperangan yang terjadi di kaki gunung Uhud ( Jabbal Uhud ) dalam perang Badar pada tanggal 3 Ramadhan Tahun 28 Hijriyah atau 612 Masehi Redahnya peperangan itu setelah Syaidina ali berhasil memotong menjatuhkan sebelah kaki pimpinan pasukan musuh bernama Raja La Haji di medan laga. Pada saat itu pasukan musuh sudah tidak banyak lagi yang hidup diantara mayat mereka yang bergelimpangan kebanyakan kepalanya sudah terpotong akibat tebasan pedang Syaidina Ali yang di beri nama Zulfokara. Bahwa Raja La Haji yang tinggal sebelah kaki sudah tidak berdaya melakukan perlawanan akhirnya di tangkap oleh Syidina ali lalu di bawanya ke hadapan Rasulullah. Berhubung syaidina ali tidak dapat menahan emosinya maka setibanya di hadapan Rasulullah dia lansung membanting keras Raja La Haji itu. Di kiranya akan hancur berkeping-keping namun Raja La Haji yang memiliki juga ilmu kesaktian pada saat dibanting dia lenyap seketika yang di lihat hanyalah seekor ayam jantan putih yang sedang terkapar-kapar. Dalam bahasa munanya ta omanu kapute merapa-rapano . Syaidina Ali mencabut pedangnya untuk memotong ayam itu tapi di larang oleh Rasulullah berdasarkan Wahyu Illahi, Jadi maka Jadilah. Baidizzamani Bin Hamnda sangat menyesal dan kecewa atas tindakan syaidina Ali yang secara hakim sendiri itu karena menurutnya bahwa tindakan seperti itu akan mengakhiri permusuhan antara kaum musyrikin qurais dengan kaum muslimin pengikut Rasulullah SAW. Oleh karena kekecewaannya itu tidak dapat di kendalikan maka pada kesempatan pertama Baidizzamani Bin Hamnda yang di ikuti oleh adiknya bernama Kurais Fakhriy Binti Hamnda meninggalkan negerinya menuju Turki dan tinggal menetap di kota Istambul Kostatinopel. Keturunan Baidizzamani Bin Hamnda dan Kurais Fakhriy Binti Hamnda berkembang dan menyebar sampai di Hongkong Hoe-hoe, Melayu dan sekitar ±tahun 1309, keturunan mereka telah sampai di Muna-Buton. Adapun mengenai istilah keturunan mereka tidak dapat saya jelaskan karena Narasumber hanya menjelaskan bahwa dari keturunan merka itu lahirlah 2 orang yang memiliki kesaktian ( Wali) masing-masing : 1. Baidizzamani gelar Bheteno Netombula ( Raja Muna yang pertama ) secara bhatinia di duga adalh penjelmaan dari pada rohnya Baidizzamani Bin Hamhda. 2. Wa Kaa-Kaa Alias Musyarafatul Izzatu Al Fakhriy ( Raja Buton Yang Pertama ) Secara bhatinia di duga adalah penjelmaan dari pada rohnya Kurais Fakhriy Binti Hamnda sehingga keduanya di anggap bersaudara kandung secara bhatin. Sejak meninggalkan negeri salnya, mereka bercita-cita untuk mencari Negeri Muna-Buton . Sebelum masuk negeri yang di cita-citakan mereka tinggal dulu di pusat kerajaan Majapahit yang di Pimpin oleh Raden Wijaya yaitu pendiri kerajaan Majapahit setelah runtuhnya kerajaan singosari yang di Pimpin ayahnya Bernama Karta Negara dan di sanalah mereka mengetahui letak Negeri Muna dan Buton. Sekitar ± 1309, keduanya telah sampai di tempat tujuan yaitu Bheteno Netombula masuk di Muna dan Wa KAa-Kaa masuk di Buton. Setibanya di rumah kediaman Meno Wa Melai, seperti di jelaskan pada halaman 3 diatas, Bheteno Netombula di sambut dengan penuh kegembiraan serta rasa terharu oleh masyarakat Wa Melai dan menginginkan agar Bheteno Netombula tinggal menetap di Muna. Bahwa kepercayaan masyarakat atas munculnya Bheteno Netombula dalam kejadian yang aneh wal ajaib tidak terjebak oleh ketahyulan tetapi di yakini sepenuhnya bahwa kenyataan itu adalah sebagai tanda Kebesaran Tuhan yang tidak dapat di jangkau oleh akal manusia.Kesepakatan masyarakat Wa Melai menginginkan bahwa Bheteno netombula di angkat menjadi Pimpinan Negeri karena ilmu kesaktian yang di miliki di harapkan akan dapat melindungi masyarakat baik ancaman dan gangguan keamanan, gangguan penyakit maupun bencana alam , dan kesepakatan itu di setujui oleh Meno Wa Melai. Sebelum dikukuhkan menjadi Pimpinan Negeri, beliau di amankan dulu dalam kamar yang gelap dan tertutup bagi masyarakat umum selama 4 hari 4 malam. Dalam bahasa muna ( Doghomboe fato gholeo fatoalo). Menurut analisa bahwa sebelum menginjakkan kakinya di pulau ini kemungkinan beliau belajar dulu bahasa Muna kepada teman-temannya para musyafir atau pedagang – padagang yang sudah mengetahui bahasa daerah sehingga pada saat memasuki pulau Muna ini sedikitnya sudah bias berkomunikasi dengan bahasa Muna. Sebelum datang keMuna, Bheteno Netombula berkunjung dulu di luwu mengikuti teman-temannya yang berasal dari cina, Johor, dan Lai-lain. Selama berada di Luwu, beliau simpatik dengan Putri raja Luwu Bernama Tandiyabe atau ada juga fersi lain yang menyebutnya Tandriyabe. Tandiyabe adalah gadis cantik dan terdidik dengan baik sehingga terhindar dari godaan hati untuk mengikuti pergaulan bebas. Dengan demikian maka karakteris yang ditampilkan oleh Tandiyabe semakin menarik simpatik Bheteno Netombula. Rasa simpatik terhadap sang Putri semakin hari semakin menggelora di dalam kalbu namun tak berdaya untuk meminang karena persiapan uang tidak memadai, akhirnya memilih jalan murka yaitu menggunakan ilmu kesaktiannya lalu mendatangi istana Raja Luwu pada malam jum,at. Pada saat memasuki istana hingga melakukan pemerkosaan terhadapTandiyabe yang sementara tidur dikamarnya tak seorangpun mengetahuinya termasuk Tandiyabe sendiri tidak menyadari apa yang terjadi atas dirinya . Ilmu tersebut dalam bahasa muna disebut Kafolodo. Suatu perlakuan yang sangat misteri terjadi dalam istana tanpa di duga pada saatnya Tandiyabe telah hamil dan walaupun di ancam akan di bunuh, dia tidak dapat menyebut siapa pelakunya. Dalam keterangannya bahwa pada suatu malam yaitu di malam jum,at, dia mencium wangi-wangian yang sangat harum dan secara tidak sadar dia merasakan suatu keenakan yang sangat membahagiakan perasaannya. Bahwa skandal yang yang melanda istana hingga menimbulkan kehamilan putri Raja adalah suatu pelanggaran berat dan menurut ketentuan hukum yang berlaku bahwa barang siapa yang melakukan pelanggaran seperti itu, maka kepadanya di jatuhi hukuman mati. Namun hubungan seksual yang terjadi adalah sangat misteri sehingga sulit untuk memperoleh kepastian hukum. Akhirnya di sepakati untuk di buatkan palangga lalu di buang / di lepas di tengah laut. Palangga adalah berbentuk loyang , terbuat dari sejenis kayu yang mudah terapung . Ukuran luasnya di perkirakan hanya bisa memuat satu orang dan setelah di lepas di tengah laut, dia akan terbawa menurut kemauan arus. Disitulah nantinya dia akan diadili oleh Yang Maha Kuasa.Kalau kehamilannya atas kemauan bersama dangan pelakunya maka dia akan mati tersiksa di laut. Tapi mana kala dia sama sekali tidak ada itikad atau kemauan untuk menerima perbuatan zina dari siapapun terhadap dirinya, dan apa yang dia terangkan sudah yang ssebenar-benarnya tentu dia segera tertolong atau di selamatkan karena Tuhan senantiasa melindugi orang-orang yangbenar. Setelah Palangga yang di buat telah selesai, Tandiyabe di suruh berkemas untuk di bawa ke tempat buangannya. Sebelum di berangkatkan, dia masih sempatmengambil penutup gelas cangkir tempat minum ayahnya pada waktu-waktu tertentu, diambilnya secara diam –diam lalu di simpan dalam ikatan sarungnya. Barang tersebut ialah merupakan barang antic dan dalam keyakinannya membawa barang itu ialah untuk keselamatannya di tempat buangnya. Selesai berkemas, dia di bawa ke tempat buangannya. Tiba di tengah laut dia di suru duduk dalam palangga lalu di turunkan dan di lepas dipermukaan laut. Palangga yang di kendarainya telah terbawa arus dan diombang ambingkan oleh gelombang dan apa yang dideritanya selama berkecimpung dengan gelombang dilaut lepas tidak dapat dibayangkan. Bahwa Baiddizzamani ( beteno netombula ) yang mencintai Tandiyabe walau pun tidak secara lansung selalu mengikuti proses hukum terhadap kekasihnya wulau tak seorangpun yang menduga bahwa dialah yang menghamilinya. Jauh sebelum diberangkatkan ketempat buangnya Baidizzamani telah pergi menghubungi temannya nakoda bahtera. Kepadanya Baidizzamani meminta tolong untuk mencari Tandiyabe diperairan tempat buangannya. Dan setelah didapat,agar dinaikan diatas bahtera bersama palangga yang dikendarainya dan selanjutnya diturunkan diselat buton pesisir pulau muna dekat pulau lima.Ditempat itu ada perkumpulan dan berpesan akan menunggu di Muna. Setelah sudah komitmen dengan nakhoda bahtera temannya itu, Baidi zzamani melanjutkan perjalanannya menuju muna. Adapun perjalanannya mulai dari luwu sampai di ketemukan dalam rumpun bambu di muna, tidak di uraikan oleh narasumber . begitu pula proses pencarian tandiyabe sampai diketemukan dan selanjutnya di turunkan di tempat yang telah di gambarkan oleh Baidizzamani juga tidak di uraikan oleh narasumber. Keterangan : Tempat yang di gambarkan oleh Baidizzamani untuk menurunkan tandiyabe yaitu dekat pulau lima tentangan perkampungan ialah : - Pulau lima dalam bahasa muna di sebut lima ghonuno - Perkampungan dimaksud ialah di sebut kampong kokoh yang sekarang ini disebut lohia
C. RIWAYAT TANDIYABE DAN BAIDDZAMANI SEBAGAI RAJA MUNA PERTAMA
Pada suatu hari, dua orang anggota masyarakat kokoh ( Lohia ) masing-masing bernama la lele dan La Katumende pergi mencari hasil laut. Tiba dipantai mereka melihat sebuah bahtera sementara berhenti. Setelah bahtera itu mulai jalan, pandangan secara jauh terlihat sebuah benda yang terapung – apung di bawah arus menuju pantai. Semakin dekat kentara bahwa benda itu berbentuk loyang dan dikendarai oleh seorang perempuan sehingga akhirnya masuk di sungai Wataro dan terdampar di Pasilangga. Perempuan itu dialah yang bernama Tandiyabe dan yang dikendarainya itu disebut Palangga. Pada waktu dia hendak naik didarat, kelihatannya kaku sekali untuk berdiri akhirnya diangkat dan dinaikan didarat. Itulah sebabnya sehingga dia digelar sangke palangga, artinya diangkat dari dalam palangga sehingga sampai di darat. Selanjutnya diantar dirumah pimpinan masyarakat Kokoh.pimpinan mayarakat kokoh mengutus La Lele dan La Katumende untuk melaporkan kejadian itu kepada menowamelai. Tiba dihadapan meno wamelai mereka melaporkan bahwa di palangga ada seorang perempuan cantikyang terdampar . Pada saat itu Baidizzamani sudah dua malam berada dalam ruangan tempat pengamanannya . Mendengar laporan itu, dia mengatakan bahwa perempuan yang terdampar itu ialah istrinya dan diaminta agar diantarkan kepadanya . Dengan demikian maka kedua utusan itu mohon pamit dan esoknya Tandiyabediantar di antar dirumah kediaman Meno WAmelai . Setibanya dirumah kediaman meno Wamelai, Tandiyabe disambut hangat oleh masyarakat. Mereka saat itu sementara sibuk mempersiapkan kebutuhan dalam rangka penjeputan Baidzzamani besok paginya setelah dia keluar dari ruangannya untuk di kukuhkan menjadi pimpinan negeri. Besok paginya Baidizzamani di keluarkan dari ruangannya di jemput oleh tokoh-tokoh masyarakat dan telah di siapkan tempat untuk duduk bersama istrinya Tandiyabe. Sesaat kemudian Baidizzamani bersama istrinya dipersilakan menuju ketempat pengukuhannya yang telah disiapkan yaitu di atas sebuah batu yang di namakan Batu Harimau, terletak disebelah barat daya ±200 m dari mesjid kota muna. Dari rumah kediaman Meno Wamelai sampai di tempat pengukuhannya Baidizzamani bersama istrinya di payungi dan disambut dengan acara Mangaro. Tiba di tempat pengukuhannya Baidizzamani menginjakkan kakinya di atas batu Harimau.Di situlah secara resmi diadikukuhkan menjadi pimpinan negeri menggantikan LadeBhalano ( Meno wamelai yang lama ) . Suatu fenomena yang baru terjadi bahwa alih-tongkat kepemimpinan dari tangan Lade Bhalano sebagai pimpinan negeri muna yang lama ke tangan Baidizzamani sebagai pimpinan negeri muna yang baru tidak lagi di gelar Meno Wamelai tetapi digelar Kolaki Wuna (Raja Muna). Tempat pengukuhan pimpinan Negeri muna yang baru di atas batu yang di beri nama Batu Harimau adalah dikandung makna secara hakekat bahwa ilmu saktian yang di milikinya diperkirakan dapat menaklukan harimau. Tata cara pengamanan calon Raja Muna dalam ruangan tertutup selama empat hari empatr malam sampai pada pengukuhannya diatas Batu Harimu adalah menjadi acara ritual yang dibudayakan turun – temurun selama negeri ini masih berstatus kerajaan. Dibawah kepemimpinan Beteno ne Tombula wilayah Wamelai mulai dibagi menjadi empat wilayah bagian pemerintahan disebut Fato Lido masing-masing : 1. Wilayah Kaensitala, pimpinannya digelarMeno Kaensitala 2. Wilayah Kaura, pimpinannya digelar Meno Kaura 3. Wilayah Lembo, pimpinanya digelar Meno Lembo 4. Wilayah Ndoke, pimpinannya digelar Meno Ndoke Perkawinan Baidizzamani dengan Tandiyabe dikaruniai tiga orang anak yaitu dua orang laki-laki dan satu orang perempuan masing-masing: 1. La Runtu Wulou putra sulung 2. Kilambibhito putrid yang kedua 3. La patola gelar Sudi Patola adalah putra bungsu Setelah La Runtu Wulou Bin Baizzamani berusia ± 15 tahun dia diutus oleh kedua orang tuanya untuk menengok neneknya di Luwu. Pada waktu berangkat dia membawa serta penutup gelas tempat minum neneknya yang dibawah oleh mamanya ( Tandiyabe) pada waktu dibuang atau dilepas ditengah laut. Setibanya di Istana Raja Luwu, La Runtuwulou melapor pada penjaga istana bahwa dia adalah utusan Raja Muna untuk menyampaikan sesuatu yang rahasia kepada Raja Luwu. Dihadapan Raja Luwu tidak tidak langsung menyampaikan maksud kedatanganya tetapi dia minta dulu air minum sambil mengeluarkan penutup gelas yang dibawahnya itu dan menghendaki agar air minum yang akan dihantarkan padanya ditaruh digelas yang sepadan dengan penutup gelas yang dikehendakinya. Raja Luwu (neneknya itu) langsung memeluk cucunya itu sambil menangis dan sesudah itu beliau menanyakan kedua orang tuanya. La Runtuwulou menyatakan bahwa kedua orang tuanya sekarang menjadi Raja Muna. Selannjutnya La Runtuwulou sudah dilarang untuk kembali tinggal di muna dan dihimbau agar tinggal bersama neneknya di Luwu. Dan apabila La Runtuwulou menyetujui himbauan neneknya itu maka dia akan diberikann fasilitas rumah tinggal dan mendapatkan pembagian harta kekayaan. Himbauan itu diterima olehLa Runtuwulou.Beberapa saat kemudian La Runtuwulou disuruh oleh neneknya untuk kembali memanggil kedua orang tuanya bersama adik-adiknya untuk datang di Luwu.Dalam panggilannya dijelaskan bahwa kehadiran mereka di Luwu selain menemui orang tua sekaligus menerima pembagian harta. Setibanya di Muna, di hadapan orang tuanya La Runtuwolu menyampaikan pesanan neneknya. Kedua orang tuanya merasa senang atas panggilan itu dan pada kesempatan serta mereka sekeluarga berangkat ke Luwu.Setibanya di Luwu mereka disambut dengan rasa terharu oleh kedua orang tua dan sanak saudaranya. Beberapa saat kemudian mereka menerima pembagian harta dan selanjutnya di himbau agar tinggal menetap di Luwu untuk hidup berdampingan dengan orang tua manakala jabatannya sebagai Raja Muna telah berakhir dan apabila mereka menerima himbauan itu maka rumah tinggal milik kedua orang tuanya akan diwariskan kepada Tandiyabe. Himbauan itu diterima dengan senang hati. Setelah jabatannya sebagai Raja Munna telah berakhir maka pada kesempatan pertama mereka pergi tinggal di Luwu dan putra sulung mereka bernama La Runtuwolou sudah duluan tinggal di Luwu hingga selama-lamanya. Jabatan Bheteno ne Tombula sebagai Raja Muna digantikan oleh putranya bernama La Patola gelar sugi Patola. Dan Sugi Patola bersama saudara kandungnya perempuan bernama Kilambibito yang kawin dengan La Sengkaghabu Bin Lade Balano gelar meno Wamelai tinggal menetap dan berkembang di Muna hingga selama-lamanya.
D. ISLAM DI KERAJAAN MUNA
Bahwa dengan selesainya pelantikan Sultan Buton pertama bersama dengan para Sultan lainnya yang dilaksanakan secara masal di Demak Jawa Tengah pada th 1542 maka sejak saat itulah Buton dan Muna secara resmi menjadi Kerajaan Islam. Sultan Buton yang dilantik pada saat itu bernama Muhammad Kaimudin alias La Kilaponto gelar Murhum yaitu putra sulung Raja Muna Sugi Manuru. Gelar Murhum ialah diambil dari nama suatu tempat di Malaysia yaitu tempat pengkaderan untuk pengalihan Raja dari Kerajaan Hindu menjadi kerajaan Islam. Dalam istilanya di Malaysia disebut Raja di Raja artinya dari Raja menjadi Raja. Dijelaskan oleh DR. LA NIAMPE yaitu Kepala Pusat Peniltian Sejarah dan Kebudayaan Prop. Sulawesi Tenggara. Yang melantik para Sultan itu ialah bernama Syarif Ahmat Taulani bersama rombongan. Mereka berasal dari kota Istabul kostatinopel wilayah Turki yang terletak di semenajung Balkan Selat Bosporus yang berbatasan dengan wilayah Eropa. Letak kota tersebut dijelaskan oleh Abang Saya LA ODE SIRAD IMBO. Pembawa ajaran agama Islam yang pertama di Muna ini bernama Syeh Abd Wahid gelar Batu Poaro. Ajaran Batu Poaro adalah berkisar pada pengetahuan dasar tentang keIslaman sesuai yang tersirat dalam ajaran tobat. Ajaran tobat pada dasarnya dalam bahasa Munanya dikatakan, Doforatoanda Nemotehi Bhe Nemokado maksudnya memberitahukan tentang apa yang tidak boleh dilkukan dan apa yang harus dilakukan. Dengan memahami ajaran tobat secara keseluruhan maka dia akan dapat mengemplementasikan faham manusia rahasia. Yang dimaksud dengan ,manusia rahasia ialah manusia yang mengenal dirinya, mengenal sesamanya dan mengenal tuhannya.hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1. Manusia yang mengenal dirinya ialah manusia yang mengetahui proses kejadiannya dan keberadaanya dimuka bumi dapat mengetahui apa yang harus dia lakukan dan apa yang tidak boleh dia lakukan karena segala aktivitasnya sehari-hari dalam mendeteksi kehidupan duniawi adalah menjadi bekalnya untuk menjalani kehidupan uhrawi.
2. Manusia yang mengenal sesamanya ialah manusia yang senantiasa memelihara hubungan horizontal diantaranya sesamanya dan dalam memprosesinya dirinya serta prilakunya ditengah-tengah masyarakat dapat menunjukan criteria yang layak dikatakan manusia yang tau diri dan tau terhadap sesamanya.
3. Manusia yang mengenal tuhannya ialah prilaku dan kulitas ibadanya menunjukan kri teria seorang hamba yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan manusia yang tidak sepenuhnya merealisasikan 3 hal tersebut maka dia dikategorikan manusia sia-sia. Dimasa kepemimpinan Raja Muna bernama Abd Rahman gelar Sangia Latugho yang diperkirakan sekitar ± th 1700, datang pula pembawa ajaran syariat agama Islam bernama Syarif Muhammad gelar Saidi Raba. Berhubungan pembawa ajaran Islam tersebut datang bersama dengan alat musiknya yang disebut Raba (biola) sehingga beliau digelar Saidi Raba. Sebelum menjadi kerajaan Islam, pimpinan Negeri Muna – Buton digelar : - Pimpinan Negeri Muna dalam bahasa Muna digelar Kolakino Wuna dan pimpinan Negeri Buton digelar Kolaki Wolio. - Pimpinan Negei Buton dalam bahasa Buton digelarr Lakina Wolio dan pimpinan Negeri Muna digelar Lakina Wuna Setelah diresmikan menjadi kerajaan Islam maka pimpinan Negeri Muna digelar Omputo Kolakino Wuna( Raja Muna ) dan gelar tersebut popular dimasyarakat selama Muna ini berstatus Kerajaan.
E. TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN MENURUT WILAYAH
Di masa kepemimpinan Raja Muna bernama Muhammad Idrus gelar sangia Titakono pada thn 1542 mulailah di bentuk lembaga-lembaga pemerintahan Kerajaan Muna untuk menjalankan sistim pemerintahan baru yang berasaskan islam. Dalam menata pemerintahan baru maka kerangka organisasi pemerintahan dibagi menjadi 2 komponen yaitu:
1) Lembaga syarat Muna (Sarano Wona) adalah terdiri dari seorang Bonto Balano selaku ketua dan 30 orang anggota yg di sebut Bonto-Bontohi tolu fuluno. Bontu Balano pertama bernama La Pokainse gelar batano Laiworu.
2) Raja Muna (Ompotu Kalakino) adalah selaku mandataris lembaga Syarat Muna yang diamanakahkan untuk menjadi penguasa tunggal dalam memegang tampuk kepemimpinan Negeri. Lembaga syarat Muna dan Raja Muna adalah memegang tongkat estafet kepemimpinan yang terdiri 32 batang tongkat yaitu 2 batang tongkat emas (katuko bulawa raa peleno), 4 batang tongkat perak (katuko salaka fato pelano)dan 26 batang tongkat kuningan (katuko riti raafulu )masing-masing sbb:
a. 2 batang tongkat emas masing2 dipegang oleh Bonto Balano dan Raja Muna.
b. 30 batang tongkat di pegang oleh 30 orang yang di sebut Bonto-Bonto tolu fuluno; Yaitu terdiri; - 4 Batang tongkat perak,masing-masing di pegang oleh ketua-ketua kelompok diskusi atau kepala-kepala wilayah-wilayah tradisional yang di sebut koghoerano. - 26 batang tongkat kuningan, masing-masing di pegang oleh anggota kelompok diskusi atau kepala-kepala wilayah bagian fato gholifano. Pemegabg tongkat emas yaitu Bonto Balano dan Raja adalah merupakan Dewi tunggal dan dalam posisinya bahwa kalau Bonto Balano diandaikan laksana sebuah lingkaran maka dalam lingkaran itu ada seorang pemimpin, itulah Raja yang menjadi pemegang tambuk kepemimpinan (mintarano kotubu). Kedudukan dan fungsi lembaga-lembaga pemerintahan Kerajaan Muna adalah sbb: a. Lembaga syarat Muna ialah merupakan lembaga Legislatif, adalah sebagai wakil rakyat untuk melaksanakan funsungsinya sbb; - Mengangkat/memberhentikan Raja secara Formatur dan persedur. - Memutuskan/menetapkan peraturan perundangan tak tertulis. Bonto-Bontohi tolu fuluno yang di pimpin oleh seorang Bonto Balano ialah di bagi menjadi 4 kelompok diskusi dalam 4 wilayah tradisional (fato ghoerano) yaitu:
1) Wilayah (Ghoerano) Tongkuno sebanyak 9 orang masing-masing ialah :
1. Kepala wilayah tradisional Tongkuno ialah selaku ketua kelompok siskusi di wilayanya.
2. Kepala Kampung Kaensitala (Meno Kaensitala ) ialah selaku anggota.
3. Kepala Kampung Tondo (Meno Tondo ) ialah selaku anggota.
4. Kepala Kampung Mata Gholeo (Meno Mata Gholeo ) ialah selaku anggota.
5. Kepala Kampung Kowauna (Meno Kowauna ) ialah selaku anggota.
6. Kepala Kampung Kadolo (Meno Kadolo ) ialah selaku anggota.
7. Kepala Kampung Maawoly (Meno Maawoly ) ialah selaku anggota.
8. Kepala Kampung Pintiro (Meno Pintiro ) ialah selaku anggota.
9. Kepala Kampung Laloea (Meno Laloea ) ialah selaku anggota.
2) Wilayah (Ghoerano) Lawa sebanyak 8 orang masing-masing ialah :
1. Kepala wilayah Lawa (Meno Lawa) ialah selaku Ketua Kelompok di Wilayahnya.
2. Kepala kampung Kaura (Meno Kaura) ialah selaku anggota.
3. Kepala kampung Lambu Balano (Meno Lambu Balano) ialah selaku anggota.
4. Kepala kampung Kaliwu-liwu (Meno Kaliwu-liwu) ialah selaku anggota.
5. Kepala kampung Adoole (Meno Adoole) ialah selaku anggota.
6. Kepala kampung Kabawo Lumele (Meno Kabawo Lumele) ialah selaku anggota.
7. Kepala kampung Malainea (Meno Malainea) ialah selaku anggota.
8. Kepala kampung Kampani (Meno Kampani) ialah selaku anggota.
3) Wilayah (Ghoerano) Kabawo sebanyak 7 orang masing-masing ialah :
1. Kepala Wilayah Kabawo (Meno Kabawo) ialah selaku Ketua Kelompok diwilayahnya.
2. Kepala kampung Lembo (Meno Lembo) ialah selaku anggota.
3. Kepala kampung Kabangka (Meno Kabangka) ialah selaku anggota.
4. Kepala kampung Aghorio (Meno Aghorio) ialah selaku anggota.
5. Kepala kampung Karoo (Meno Karoo) ialah selaku anggota.
6. Kepala kampung Kafoo-foo (Meno Kafoo-foo) ialah selaku anggota.
7. Kepala kampung Lensino (Meno Lensino) ialah selaku anggota.
4) Wilayah (Ghoerano) Katobu sebanyak 6 orang masing-masing ialah :
1. Kepala Wilayah Katobu (Meno Katobu) ialah selaku Ketua Kelompok diwilayahnya.
2. Kepala kampung Ndoke (Meno Ndoke) ialah selaku anggota.
3. Kepala kampung Abaluba (Meno Abaluba) ialah selaku anggota.
4. Kepala kampung Wou (Meno Wou) ialah selaku anggota.
5. Kepala kampung Afinde (Meno Afinde) ialah selaku anggota.
6. Kepala kampung Wakalalawea (Meno Wakalalawea) ialah selaku anggota.
b. Raja adalah selaku mandataris lembaga syarat yang diamanahkan untuk memegang tampuk kepemimpinan Negeri sebagai penguasa tunggal, mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
- Sebagai pimpinan lembaga eksekutif ialah mempunyai perpanjangan tangan sebanyak 8 orang selaku ujung tombaknya dalam mengendalikan pemerintahan dan pembinaan kemasyarakatan. Bobatu oaluno dibagi dalam 4 Wilayah (ghoera) masing-masing :
- Wilayah Tongkuno 2 orang yaitu, 1. Ki Akologou 2. Ki Aboora
- Wilayah Lawa 2 orang yaitu, 1. Ki Agadi 2.Ki Watumela
- Wilayah Kabawo 2 orang yaitu, 1. Ki Asehao 2. Ki Waaleale
- Wilayah Katobu 2 orang yaitu 1. Kinotobea 2. Ki Laukusi
Sebagai pimpinan lembaga yudikatif adalah didampingi 2 orang aparat fungsional yaitu : 1. Mintara bitara ialah selaku penuntut umum. 2. Kapita ialah selaku penegak hukum. - Sebagai panglima tertinggi angkatan perang ialah mempunyuai personil sebagai berikut : 1. Dua orang masing-masing 1. Kapitalao matagholeo ialah selaku panglima komando pertahanan keamanan dikawasan wilayah laut bahagian timur. 2. Kapitalao kansoopa ialah selaku panglima komando pertahanan keamanan di kawasan wilayah laut bagian barat. 2. Seorang kapita ialah selaku panglima komando pemulihan keamanan dan ketertiban merangkap selaku penegak hukum. a. Aparat masing-masing kapitalao dan kapita ialah terdiri dari firisi, tunani, siriganti, bonto kapili dan mesandano selaku sekuriti/intel. b. Pemegang tali komando selaku panglima-panglima antar wilayah adalah sebanyak 8 orang (bobato oaluno) merangkap selaku ujung tombak pemerintah. Mereka diharapkan untuk membina masyarakat dalam satu kesatuan yang utuh di wilayah kerjanya. Dalam sistim pembinan teri torial diharapkan agar masyarakat yang wajib menjadi angkatan perang adalah diperuntukan menjadi pasukan yang siap untuk dimobilisasi ketikamenghadapi perang melawan kelompok bersenjata dari pihak luar yagn mengadakan gangguan keamanan, apalagi tendensinya bernuansa politik untuk mengambil alih kekuasaan pemerintahan atau berniat untuk menumbangkan agama yang dianut. Aparat sebagai fungsional atau sebagai wadah organisasi sosial masyarakat ialah : b. Empat orang kamokula fatoghoerano yaitu 1. Kamokulano Barangka ialah merupakan wadah penyaluran aspirasi masyarakat arus bawah di wilayah ( Ghoerano ) Lawa 2. Kamokulano Tongkuno ialah merupakan wadah penyaluran aspirasi masyarakat arus bawah diwilayah ( Ghoerano ) Tongkuno 3. Kamokulano Wapepi ialah merupakan wadah penyaluran aspirasi masyarakat arus bawah wilayah ( Ghoerano ) Kabawo 4. Kamokulano Lindo ialah merupakan wadah penyaluran aspirasi masyarakat arus bawah di wilayah (Ghoerano ) Katobu. Keempatnya itu ialah berkompeten menjadi panitia persiapan pada setiap pelaksanaan pelantikan Raja Muna yang baru dan Kamokulano Tongkuno yang berhak menyumpah Raja pada saat di kukuhkan (dilantik). c. Sarano Liwu adalah terdiri 4orang dimasing-masing kampong yaitu : 1. Seorang Bontono Liwu ialah selaku wakil Rakyat sebagai penyalur aspirasi masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Seorang ParabelanoLiwu ialah selaku penuntut umum di wilayah kerjanya. 3. Dua orang Kamokulano Liwu adalah bertugas untuk mengurus anggaran pendapatan pendapatan dan belanja Pemerintah Kerajaan yaitu; - Mengurus kebun para pejabat yangdikerjakan secaragotong royong oleh masyarakat. Kebun para pejabat dimaksud disebut Kagholei. - Mengadakan pungutan semacam retribusi dari Masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya alam seperti penangkapan kerbau liar atau hewan lainnya, penangkapan ikan dilaut/sungai , pembuatan gula merah dll. Sarano Liwu adalah berperan aktif sebagai penguasa dan penjaga kelestarian sumberdaya alam. Olehnya itu maka siapa saja yang memanfaatkan sumberdaya alam baik pemerintah maupun masyarakat biasa harus melalui Sarano Liwu. Aturan itu diperkuat oleh Pemerintah Kerajaan dan barang siapa yangmemanfaatkan sumber daya alam tanpa melalui Sarano Liwu maka kepadanya dikenakan sanksi hukum sesuai aturan yang berlaku. KETERANGAN Dalam Gambar Pulau Muna ini adalah terdiri : 1. Gambar lingkaran yang berwarna merah ialah analisa letak kota Raha 2. Gambar bujur sangkar yang berwarna putih ialah analisa letak kota muna. 3. Gambar sket yang berwarna kuning,hitam,merah, dan putih ialah letak wilayah tradisional atau yang di sebut Fato Ghoerano masing-masing dijelaskan sbb : - Wilayah tradisional katobu diberi warna kuning adalah terlatak diposisi sebelah utara kota muna Warna kuning ialahmenggambarkan semangat kesabaran menantikanbagian/giliran rahmat Tuhan. kendatipun keterampilan atau ilmu pengetahuan yang dimiliki rasa cukup di abdikan namun tanpa didukung oleh sabar menanti dan tahan menderita belum tentu bisa meraih sesuatu yang dicita-citakan. - Wilayah tradisional kabawo diberi warna hitam adalah terletak di posisi sebelah selatan kota muna. Warna hitam menggambarkan ketakutan atau kepatuhan terhadap hukum. Pengadilan yang ditakuti bukan hanya didunia tetapi yang paling ditakuti adalah pengadilan di akhirat kelak. Oaring yang takut terhadap hukum adalah mereka yang kuat imannya dan yang imannya kuat adalah bersemayam dalam jiwa manusia. - Wilayah tradisional Tongkuno diberi warna merah adalah terletak di posisi sebelah Timur kota muna. Warna merah adalah menggambarkan semangat keberanian mengambil/menerima resiko dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan kendatipun nyawa harus jadi taruhan. Semangat keberanian yang menyala-nyala demi kebenaran dan keadilan serta demi tanah air dan agama adalah laksana api nan tak kunjung padam. - Wilayah tradisional Lawa diberi warna putih adalah terletak di posisi sebelah Barat kota muna. Putih adalah menggambarkan kesucian berpikir dalammengambil keputusan. Pada prinsipnya diharapkan agar selalu suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatannya dapat merangkul keimanan. Apabila iman tetap kuat maka ketika tertimpa kemalangan/musibah harus disadari bahwa sesuatu yang terjadi adalah atas kehendak Tuhan sehingga harus diterima dengan penuh tawakal. Keempat warna dalam gambar wilayah teradisional sebagaimana dijelaskan diatas adalah diharapkan dapat tertanam dalam jiwa setiap orang muna. 4. Adapun yang diberi warna biru adalah daratan muna yang masuk wilayah buton. Analisa gambar raja muna sedang menginjak kakinya diatas batu harimau sesuai dilantik secara tradisional (akbululingino pau). Dalam gambar raja muna berdiri dibawah naungan payung kerajaan dengan memegang tongkat emas (tongkat estafet) kepemimpinan. PERTAHANAN WILAYAH Dalam upaya mempertahankan keamanan wilayah dari gangguan keamanan yang berasal dari luar maka sejak kepemimpianan Raja Muna La Ode Posaso gelar Kobangkuduno sekitar kurang lebih tahun 1500 an telah menetapkan enam kota yang dianggap strategi dengan dibuatkan benteng/pagar batu untuk tempat pertahanan atau perlindungan masyarakat. Adapun pimpinan masing-masing kota pada saat itu ialah diprioritaskan pada putra putri Sugimanuru yaitu : 1. Kota Lohia Wilayah Kec. Kabawo sekarang ini dipimpin oleh La Kakolo 2. Kota Laiba Wilayah Kec. Parigi sekarang ini dipimpin oleh La Kakoa 3. Kota Wasolangka Wilayah Kec. Parigi sekarang ini dipimpin oleh La Pansaruba 4. Kota Lahontohe Wilayah Kec. Tongkuno sekarang ini dipimpin oleh La Manguntara 5. Kota Wakumoro Wilayah Kec. Parigi sekarang ini dipimpin oleh La Pana 6. Kota Kasaka Wilayah Kec. Kabawo sekarang ini dipimpin oleh Wa Sidakari Selain menetapkan pula Laboora untuk menjadi pangkalan angkatan perang seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Pangkalan Laboora terletak disebelah utara Walingkabola Kec. Tongkuno berjarak kurang lebih 10 Km. Laboora ialah suatu tempat yang strategis untukmenjadi pangkalan angkatan perang dizaman kerajaan karena di sana tercipta benteng secara alami sepanjang kira-kira 3 Km seperti terlihat pada gambar dibawah ini Di pantai laboora terdapat air keramat dalam lubang-lubang yang terlatak pada lereng bukit batu disebut Oempu seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Lubang-lubang air keramat itu di buat/di pahat oleh imam Balataghi asal portugis yang di perkirakan sekitar ± Tahun 1.600 Penguasa pangkalan Laboora dipercayakan kepada aparat fungisonal yang digelar Bontono Laboora dan dialah yang mengatur piket secara bergantian untuk menjaga perahu-perahu pendatang baru yang mendekati pangkalan atau ingin berlabuh di tempat itu. Pendatang baru yang tidak dikenal di teriyaki atau di bentak agar tidak masuk pangkalan. Di teriyaki bahasa munanya Doboraie. Itulah sebabnya tempat itu di namakan Laboora. DimasaKepemimpinan Raja Muna bernama La Ode Husein gelar OmputoSangia sekitar pertengahan Abad ke – XVIII, menambah lagi sebuah pangkalan angkatan perang yaitu Wado Lao Desa Wado Lao Kec. Bone sekarang ini. Benteng Wado Lao adalah terletak di atas ketinggian kira-kira 5 m dari permukaan laut. Adapun inisiatif Raja tersebut membuat benteng pertahanan ditempat itu ialah di sebabkan karena etnis bajo sudah mulai masuk di tempat itu untuk mengambil air sehingga timbul kecurigaan jangan sampai di balik mereka menyusup pihak lain yang mau mengadakan gangguan keamanan . Atas dasar itu maka Kapitalao Kansoopa Bernama La Ode Hasan gelar Sangia Wado lao yaitu saudara kandung Raja Muna LaOde Husein ( Omputo sangia) menetapkan wadoLaomenjadi markas pertahanan angkatan perang. Nama Wado Lao adalah diambilkan dari namaWajongkalao-lao. G. HUBUNGAN PEMERINTAH MUNA BUTON Menurut narasumber sejarah bahwa sejak Negeri Muna-Buton menjadi kerajaan non islam yaitu; Muna dibawah kepemimpinan Baidizzamani gelar Beteno netombula, Buton dibawah kepemimpinan Raja Buton pertama bernama Musyarafatul Izzati Alfakhri alias Wa Kaakaa telah terjalin hubungan kerja sama yg baik diantara kedua Negeri. Dalam menjalin kerja sama, sepertinya kedua Negeri adalah dua badan satu nyawa dalam hal mempertahankan keutuhan Negeri atau gangguan keamanan yg berasal dari luar. Pada hakekatnya adalah merupakan kerja sama antara jasmani dan rohani Muna adalah jasmani dan Buton adalah rohani. Dalam memelihara hubungan persaudaraan adalah sama halnya antara adik dan kakak. Dalam bentuk kerja sama untuk menangkal adanya gangguan keamanan yg berasal dari luar atau pihak yg merebut kekuasaan pemerintahan kedua Negeri maka peranan masing-masing ialah: § Muna diandalkan untuk melawan secara fisik karena putera- putera andalannya pada kebanyakan telah diilhami ilmu kesaktian tentang bela diri dan ilmu kesaktian yaitu saat ltu mengisi peluruh kendali bhatune-owili . § Buton diandalkan untuk melumpuhkan kekuatan lawan dengan ilmu kesaktian yg dimilikinya karena putera- putera andalanya telah diilhami ilmu kesaktian seperti itu serta ilmu kesakian lainya yg dapat melindungi keselamatan Negeri. Dimasa kepemimpinan Raja Muna bernama La Posasu gelar Kobangkuduno yaitu saudara kandung Murhum dan Raja Buton yang bernama La Kilaponto gelar Murhum mulai merobah dan mengatur posisi Wilayah Pemerintahan untuk meningkatkan kerja sama dalam hal mempertahankan keutuhan serta keamanan kedua Negeri. Dalam kesepakatan kedua pemimpin yg bersaudara kandung itu telah lahir suatu komitmen bahwa kematian masyaraka Buton karena mempertahankan keutuhan Negerinya adalah kematian Juga masyarakat Muna. Dan malunya Buton adalah malunya juga Muna. Begitu pula sebaliknya. Dalam fisi tersebut maka untuk memudahkan koordinasi serta pemantauan terhadap kondisi social masyarakat maka Pimpinan kedua Negeri sepakat untuk mengofor alih wilayah bagian pemerintahan yaitu Buton Utara yg meliputi wilayah Kulisusu dan Wakorumba. Ditolelir untuk Masuk wilayah pemerintahan kerajaan Muna dan Muna Selatan yang meliputi wilayah Gu dan Mawasangka ditolelir untuk masuk wilayah Buton. Setelah Buton ditetpakan menjadi wilayah kesultanan pada tahun 1524 maka status pemerintahan antara Buton dengan Muna mulai terjadi kontroversial sbb : · Menurut versi Buton bahwa wilayah kerajaan Muna adalah dibawah kekuasaan wilayah Otonomi pemeritahan Buton dengan beranggapan bahwa Muna adalah negeri taklukan Buton. Dalam bahasa populernya disebut Barata · Menurut versi Muna bahwa sepanjang sejarah tidak pernah negrinya ditaklukkan oleh Buton dan tidak pernah tunduk dibawah kekuasaan Buton. Adapun mengenai peranan Sultan Buton sebagai Khalifatul Khamis adalah hanya merupakan perwakilan pusat Kerajaan Islam Dunia untuk membina agama di Jazirah wilayah Buton dan sekitarnya dengan harapan agar secara mayoritas menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW dengan tidak berarti bahwa sentra listrik memuasaan pemerintahan wilayah otonom buton sudah mencakup muna. Kontraversial tsb silih berganti kepemimpinan kedua negerinya tdk dapat diluruskan hingga Belanda meninggalkan tahan air. Dalam mempertahankan versi tsb sampai- sampai kedua raja Muna yaitu almarhumhum La Ode Rere gelar Ompotu Aro Baru Wuna dan Almarhum La Ode Dika gelar Omputo masigino mengorbankan jabatannya sebagai Raja Muna karena konsisten dengan lembaga syarat Muna dalam hal mempertahankan hak otonomi wilayah kerajaan Muna sebagai suatu penjelmaan dari pada ideologi Soowite. Satu hal yg patut dikagumi bahwa disaat- saat terjadi ketegangan politik antara lembaga syarat Muna dengan lembaga syarat Buton mengenai status pemerintahan yg kontraversial tidak menimbulkan konflik horizontal diantara kedua negeri karena masyarakat umum tidak terkontaminasi dengan konflik politik yang terjadi. Hal tersebut dikarenakan misi politik kedua negeri tidak hanya bertumpuk pada kepentingan semata -mata tetapi lebih dari pada itu selalu teringat bahwa anggapan masing- masing negeri sebagai kakak-adik adalah suatu kepribadian yg perlu dipupuk agar tdk mudah terabaikan karena kecenderungannya merupakan landasan yang kuat dalam upaya memelihara kelestarian hubungan persaudaraan serta komunikasi yg intesif diantara kedua negeri. Memelihara kelestarian hubungan persaudaraan serta komunikasi yang intesif diantara kedua negeri disebut dojagani poentauno wite raaghonuno. Untuk menentukan siapa yang kakak dan siapa yang adik bagi komasigino tidak perlu dipersoalkan karena hal itu perlu ditanggapi dengan akal sehat. Kalau pendapat disatu pihak mengatakan bahwa Muna adalah kakak dapat dibenarkan karena raja muna pertama bernama Baiddizzaman(bieteno netombulaa) dalah makhluk mulia yang lahir pertama kali sebagai pimpinan negeri yang legitimis dan dikagumi oleh kedua negeri sehingga dalam Bahasa Munanya disebut isa. Sementara raja Buton pertama bernama Wa Ka-kaa alias Musarafatul izzati Alfakhri adalah makhluk mulia yang lahir sebagai pimpinan legitimis dan dikagumi oleh kedua negeri berada diurutan kedua. Begitu pula pendapat dilain pihak yang mengatakan bahwa Buton adalah kakak dapat pula dibenarkan kodrati jabatan Sultan adalah berkedudukan di Buton sehingga disebut poisaha. Atas dasar itulah sehingga Muna dan Buton dibahasakan sebagai lsa dan poisaha dan keduanya posisi yang sejajar dalam kemitraan. Berdasarkan hal tsb maka dinamika politik yg berkembang selalu diwaspadai agar tidak sampai mengalami kebuntuhan karena kebuntuhan politik yg tdk teratasi akan mengancam kegagalan diplomatic dan kegagalan diplomatik bisa menimbulkan polemik yang dapat menciptakan keterburukan situasi. Padahal situasi seperti itu harus dihindari karena dampaknya dimasyarakat luas terkesan akan mengakibatkan permusuhan besar- besaran dan eksesnya akan menimbulkan bahaya laten bagi generasi muda kedua negeri. Oleh karena itu maka setiap upaya diplomatik senantiasa dilaksanakan dalam konteks kekeluargaan sebagai upaya untuk meredam ketegangan situasi politik yang terjadi. Dengan demikian maka hubungan persaudaraan serta perdamaian yang hakiki diantara kedua negeri senantiasa terpelihara. Kontraversial mengenai status pemerintahan kedua negeri dikatakan berakhir setelah Muna ini terlepas dari Kabupaten Sulawesi Tenggara dan berdiri menjadi sebuah katupaten pada tahun 1959.
SEPUTAR RIWAYAT PENONAKTIFAN RAJA MUNA LA ODE DIKA GELAR OMPUTO KOMASIGINO
Bahwa Kontrafersial antara Lembaga Syarat Muna dengan Lembaga Syarat Buton mengenai lrak otonomi wilayah kerajaan Muna serta kontrafersial mengenai peranan Sultan Buton sebagai HALIFATUL HAMIS di Jazirah Kesultanan Buton sampai- sampai raja Muna Omputo Komasigino korban Jabatan yaitu di non aktifkan dari jabatannya sebagai raja Muna. Dalam mengekspresikan prinsipnya tentang silang pendapat yang menuai kontrafersial itu ialah dipertunjukan pada saat pelantikan( Kabululingino Pauno) Sultan Buton yang ke - l8 atau Sultan Buton yang terakhir bernama LA ODE MUH. FALIHI gelar Oputa I Ba'diyah pada tahun l938. Pada saat berhadapan untuk selamatan terhadap sultan Buton yang baru dilantik tersebut, raja Muna LA ODE DIKA gelar OMPUTO KOMASIGINO tidak menyembah kepada Sultan Buton sebagaimana biasanya tapi hanya menaikan jari telunjuknya sejajar dengan dadanya seperti halnya posisi jari telunjuk disaat mengucapkan dua kalimat sahadat. Ujung jari telunjuknya kira- kira 45 derajat pada posisi sebelah kanan Sultan Buton. Etika moralnya pada saat menampilkan sikapnya itu adalah dimotifasi oleh arti dari pada kalimat tauhid yaitu tidak ada Tuhan yang di sembah selain Allah. Posisi itu diperagakan sendiri oleh ayahanda Almarhum selagi hidup ketika saya wawancarai Beliau. Pada saat kejadian itu tidak ada teguran yang menandakan protes tapi hanya terdengar suara buntu dari seorang Sapati bernama LA ODE AERO mengatakan "Hum", tanpa berlanjut. Namun tidak lama kemudian raja Muna gelar Omputo Komasigino dipanggil menghadap oleh pemerintah Belanda yaitu Assisten Resident bidang pemerintahan Kantor Gubernur Selebes/ Sulawesi.Untuk mempertanggung jawabkan sikapnya itu karena dianggap mengancam Sultan Buton. Disaat memenuhi panggilan itu, Assisten Resident menginterviu raja Muna Komasigino dalam Tanya jawab sebagai berikut; - Asisten Resident " Kenapa raja Muna mengancam Sultan Buton ? " - Raja Muna ; Saya tidak pernah mengancam Sultan Buton ! . Malahan saya hormati lebih daripada hormat. - Asisten Resident ; " Kalau begitu, coba jelaskan apa maksud tuan raja rnemberi semacam isyarat dengan menegakkan telunjuk dihadapan Sultan Buton !" - RajaM una ; Saya merasa tidak perlu menjelaskan hal itu dihadapan tuan karena isyarat seperti yang saya pertunjukan itu adalah mengandung isi agama saya, sementara antara tuan dengan saya tidak seagama. - Asisten Resident " Kalau begitu maka tuan Raja harus minta maaf kepada Sutan Buton !" - Raja Muna ; Saya tidak beralasan untuk minta maaf kepada Sultan Buton karena seseorang yang minta maaf terhadap sesamanya adalah bagi mereka yang merasa dirinya bersalah. Asisten Resident memaksakarn raja Muna untuk meminta maaf kepada sultan Buton. Namun raja Muna Komasigino sekali tidak mau meminta maaf tetap tidak mau walaupun jabatannya harus saja ditaruhan. Menurut pertimbangannya bahwa soal jabatan adalah sudah kodratnya harus bergulir pada gilirannya tetapi ideology yang terabaikan Cuma karena mempertahankan jabatan adalah akan menyeretnya kejalan yang sesat. Pada prinsipnya bahwa dari pada memaksakan hati-nurani untuk menerima intervensi dari pemerintah Belanda dengan mengabaikain deology SOOWITE' lebih baik turun dari tahta kerajaan. Akhirnya Asisten Resident mengatakan bahwa persoalan itu nanti disampaikan kepada Gubernur selebes/Sulawesi dan terserah bagaimana pertimbangannya. Jauh sebelumnya yaitu tahun 1937 r aja Muna Komasigino telah mengantar langsung konsepnya di meja sekretaris Gubernur Selebes di Makasar diantar oleh sahabat /pendukungnya yaitu kepala bagian hukum kantor Gubenur selebes bernama ABDULAH DAENG MAPUJI asal goa/Sulawesi selatan. Konsep itu ialah rnengenai tuntutan hak otonomi wilayah kerajaan Muna yang kotrafersial dengan Buton. Dan konsep itu didukung sepenuhnya oleh Sekretaris gubernur Selebes bernama LAPIA asal Menado. Dan menurutnya bahwa persoalan itu tidak akan dapat diselesaikan ditingkat regional melainkan harus dipertimbangkan ditingkat pusat (Batavia). Berkat dukungan Sekretaris Gubernur Selebes tersebut sehingga raja Muna Komasigino hanya dinonaktif dari jabatannya dan tidak sampai dipecat dan tidak pula menerima SK Pemberhentian menjadi raja Muna hingga Belanda meninggalkan tanah air. Kenyataanya yang dapat dibuktikan ialah ketika Ayahanda Almarhum Komasigino berwidya Wisata diJakarta pada tahun 1958 atas panggilan Putra Sulungnya bernama H. LA ODE RASYID ( Mantan Bupati Muna) yang sementara menjadi Hakim di Bogor dan sepupunya bernama LA ODE BADIYAH RERE yaitu Putra Mantan Raja Muna bernama LA ODE RERE gelar omputo Aro wuna yang sementara bekerja di Kantor BAKN Jakarta sebagai Kepala Seksi kepegawaian untuk Indonesia Bagian Timur. Pada saat itu, Bapak almarhum LA ODE BADIYAH RERE menjelaskan bahwa raja Muna komasigino yang telah di nonaktifkan selama ± 20 Tahun yaitu dari tahun 1938 sampai tahun 1958 masih berhak untuk menerima gajinya dan kekurangannya selama 20 tahun akan dapat diamfrah. Dan komasigino tidak perlu repot karena segala urusannya Bapak LA ODE BADIYAH RERE almarhum berjanji akan menanganinya sampai tuntas, namun ayahanda Almarhum Komasigino mengatakan bahwa bagi dirinya sudah cukup hidup dengan hasil kebunnya. Adapun kalau kebetulan masih ada gajinya yang mengendap di kantor keuangan maka dikembalikan saja ke kas Negara untuk dinikmati oleh anak – anaknya yang dikaruniai pekerjaan menjadi Pegawai Negeri di masa dating. Foto kenangan Raja Muna La Ode Dika Gelar Omputo Komasigino selesai bertemu dengan sekretaris Gubernur Selebes (Sulawesi) bernama Lapia asal Manado di ruang kerjanya. Makassar tanggal 3l 0 Maret 1937
Tidak ada komentar:
Posting Komentar