Urutan-urutan Sarano Wuna
(Bahasa Muna : Pasangkululi)
1.Regu Pogala ialah regu perintis yang bersenjatakan tombak pemungkas (Gala). Sebagai regu perintis jalan, mereka memperagakan tarian perang, yang diperagakan oleh 4 orang prajurit pilihan. Seorang pemegang Tombi(bendera), seorang memainkan Gala, dan dua orang lainnya memukul gendang Pomani (gendang perang).
2. Omputo (Raja) : sebagai kotubu (kutub kekuasaan) : ia memakai peci poporoki (Daster Kebesaran) dan dipayungi dengan Pau (Payung Kebesaran). Sebagai Ulil’amri, ia mengenakan kostum Balahadhadha (simbol dari perlindungan segenap warga); disapa dengan Waompu (Kromo Inggil). Bersenjatakan Pasatimpo (Keris Pusaka) yang diselip pada lilitan Sulepe (Pending). Berjalan diapit oleh 2 orang Kapitalao (Laksamana); disebelah kanannya Kapitalao Matagholeo (Laksamana Armada Timur); disebelah kirinya Kapitalao Kansoopa (Laksamana Armada Barat).
3. Kapitalao (Laksamana) : pimpinan sayap militer Sarano Wuna. Membawahi 4 komando daerah masing-masing 1 Kapita dan 3 Bharata (Bharata Tolu Peleno). Memakai daster dan baju kebesaran militer seorang Laksamana, kedua orang Kapitalao mengapit Omputo. Kapitalo Matagholeo memegang pedang kebesaran yang dijulukiLa wiira ninggai meharono tapuaka (si penangkal isu, si penyapu bagai tsunami).
Sambil memegang pedang kebesaran dengan Ewa Wuna (Pencak Silat Khas Muna) dengan suara menggelegar ia berkata : ‘Turu, turu,turu; laha lahae somogilino wampanino, bisaramo nando aitu; ainihae la wiira ninggai meharono tapuaka; turu, turu, turu (tunduk, tunduk, tunduk; siapa-siapa yang ingin menentang, katakanlah sekarang jga; ini dia si penangkal isu, si penyapu bagai tsunami).
Sambil memegang pedang kebesaran dengan Ewa Wuna (Pencak Silat Khas Muna) dengan suara menggelegar ia berkata : ‘Turu, turu,turu; laha lahae somogilino wampanino, bisaramo nando aitu; ainihae la wiira ninggai meharono tapuaka; turu, turu, turu (tunduk, tunduk, tunduk; siapa-siapa yang ingin menentang, katakanlah sekarang jga; ini dia si penangkal isu, si penyapu bagai tsunami).
Kapitalao Kansoopa memegang Pandanga (Tombak Kebesaran) dalam sikap siaga penuh menunggu kalau-kalau ada penantang.
4. Bhonto Bhalano (Mangkubumi); ia adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan. Membawahi 4 Ghoera (Wilayah Besar) dan 8 orang Bobato (Adi Pati). Memakai daster dan baju kebesaran seorang Mangkubumi. Disebelah kirinyaMintarano Bhitara (Hakim Tinggi), berjalan sejajar. Pasangan itu diapit oleh Fato Ghoerano 94 pimpinan wilayah besar) : Koghoerano Tongkuno dan Lawa disebelah kanan Bhonto Bhalano, Koghoerano Kabhawo dan Katobu disebelah kiri Mintarano Bhitara. Keenam orang ini adalah anggota Majelis Tinggi diketuai oleh Bhonto Bhalano. Merekalah yang berhak memilih Raja dan Kapitalao. Dibelakang barisan bersaf mereka, berjejer Fato Lindono (4 orang staf) pribadi Raja). Mereka adalah personifikasi dari filosofi kemasyarakatan : Kainsitala (Kesejajaran/kesetaraan), Kaura-ura(Kreatifitas), Bhalembo-lembo (perkumpulan/persatuan) dan Ndoke (cerdas dan tangkas).
5. Bharata Tolu Peleno menggunakan pakaian kebesaran militer Sarano Wuna, mereka adalah pimpinan komando daerah militer di 3 Bharata : Laghontoghe, Loghia, dan Wasolangka.
6. Bobato Oaluno; dengan pakaian kebesaran seseorang Adipati merekalah ini adalah pimpinan di delapan Bobato : Labhoora, Lakologou, Lagadi, Watumelaa, Lasehao, Kasaka, Mantobua dan Tobea.
7. Sara Hukumu (Hukamah) terdiri dari :
A. Kino Agama (Ketua Ulama); berdiri disebelah kiri Raja. Pasangan ini mempersonifikasikan harmoni ulama dan umara. Memakai jubah kebesaran dan sorban Kino Agama, jubah ini adalah simbol perlindungan segenap warga.
B . Imamu (Imam Mesjid Raya); memakai jubah dan sorban seorang imim. Pakaian itu adalah simbol dari perlindungan segenap warga terhadap adhala hu yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari ubun-ubun hingga leher manusia.
c. Hatibi Ruduano (Pasangan Hatib); memakai jubah dan sorban seorang hatib. Keduanya mengapit imam di kanan kirinya. Khatib Tongkuno di kanan dan Khatib Lawa di kiri. Pakaian kedua Khatib adalah simbol perlindungan segenap warga dariadhala ha yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan mulai dari bahu hingga pinggul manusia.
d. Modhi Kamokula popaano (4 Moji Senior); memakai juba dan sorban Moji senior, berjejer dibelakang Imam. Juba dan sorban mereka adalah simbol perlindungan segenap warga dari Adhala Hi yaitu ajal yang disebabkan oleh petaka kemanusiaan yang menimpa keempat anggota tubuh manusia.
Barisan inilah yang disebut Kolambu Rayati (Kelambu Rakyat). Zaman Kerajaan dahulu Raja dan Sara Hukumu bertanggung jawab apabila petaka (bencana) kemanusiaan menimpa warga. Bila pertanggung jawabannya tidak beralasan cukup, Mahkamah Sarano Wuna berhak memberhentikan mereka.
E. Modhi Anahi Popaano (4 Moji Yunior) juga memakai jubah dan sorban. Mereka adalah aparat yang sewaktu-waktu menggantikan tugas-tugas Modhi Kamokula bila mereka berhalangan.
Sara Hukumu bertugas melantunkan takbiru (Takbir khas Muna) didalam setriap kirab seperti ini.
F. Modhi Popaano Loghia (4 orang Moji dari mesjid Loghia); memakai jubah dan sorban seorang Mijo Bharata. Tugas mereka adalah Tambi yaitu menopang Takbiru yang dilantunkan oleh Sara Hukumu. Barisan mereka bersaf dibelakang barisan modhi anahi.
8. Bhelo Bharuga (Aparat Keraton) terdiri dari :
A. Wangkaawi (Regu pembawa senjata Kerajaan) berjumlah 12 orang terdiri dari : Tunani (perwira) 4 orang. Firisi (Opsir) 4 orang, Siriganti (Bintara) 4 orang. Jejeran Tunani didepan, Firisi ditengah dan Siriganti dibelakang.
B. Kapita (Pimpinan Komando kawal Keraton); berpakaian kebesaran selaku Perwira Militer, bersenjata keris, berjalan disebelah kanan Wangkaawi.
C. Bhonto Kapili (perwira pilihan); terdiri dari 4 orang perwira. Seorang memayungi raja dengan payung kebesaran; dua orang ajudan dan seorang lainnya memegang gambi (kendaga) raja yang berisi sirih pinang serta perlengkapannya. Mereka berderet dibelakang raja.
D. Pasi (Prajurit Yudha); brpakaian seragam militer Sarano Wuna dan berenjata. Terdiri dari 40 orang, 5 staf masing-masing 8 orang.
E. Bhonto Litau (pemangku Protokol Keraton); berpakaian resmi sebagai seorang pemangku dan bersenjata. Berderet bersama barisan fato lindono.
F. Sampu Moose (Kejora Hinggap) berjumlah 10 orang Keda-keda (dedara). Berpakaian resmi Sampu Moose, menunggangi 10 ekor kuda berlonceng dan berkekang kuningan. Dikawali oleh 10 orang pemuda perkasa, Sampu Moose adalah regu pelestari tarian Linda (Limbai) selaku tarian asli Muna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar