SEJARAH KERAJAAN MUNA
A. SEJARAH TERBENTUKNYA KERAJAAN MUNA
Sebagai
Suku bangsa, Muna memiliki sejarah yang cukup panjang. Dari situs
sejarah yang ada di dinding Gua Liangkobori dan Metanduno menanndakan
bahwa peradaban suku bangsa muna dimulai sejak jaman purba mesolitikum.
Relief yang ada didinding kedua Gua tersebut menggambarkan kehidupan
masyarakat saat itu yang masih nomade dan menggantungkan hidupnya dari
berburu dan meramu.
Menelusuri
sejarah perdaban masyarakat dan sejarah kerajaan Muna memang agak
sulit. Hal ini disebabkan kurangnya literatur baik berupa manuskrip
yang ditulis oleh sejarawan Muna masa lalu naupun hasil penelitian ilmiah yang dilakukan saat ini.
Sudah
menjadi hal yang lumrah bila menulis Sejarah Muna para penulis
menggunakan referensi sejarah buton. Penggunanaan referensi tersebut
karena sejarah buton tidak terlepas dengan sejarah Muna seperti suku
muna yang telah mendiami daratan pulau buton sebelum armada mia pata
miana mendarat di pulau buton dan la kilaponto Raja Muna VII yang
kemudian dinobatkan menjadi Raja Buton VI yang berhasil menjadikan Buton
sebagai Kesultanan dan Sultan I.
Dari
berbagai literatur yang mengutip tradisi lisan masyarakat muna dan
hikayat yang ditulis oleh penyair-penyair buton, dikatakan bahwa
sejarah peradaban manusia di muna dimulai ketika Sawerigading dan
pengikutnya yang berjumlah 40 orang terdampar di suatu daratan di Pulau Muna yang saaat ini di kenal dengan nama ‘Bahutara’.
Sejarah
kerajaan Muna dimulai setelah dilantiknya La Eli alias Baidhuldhamani
gelar Bheteno ne Tombula sebagai Raja Muna I. Namun sebelum itu telah
ada komunitas masyarakat yang diyakini merupakan perpaduan antara
pengikut Swaerigading yang berjumlah empat puluh orang dengan
masyarakat lokal yang telah mendiami pulau muna sejak ribuan tahun yang
lalu.
Sebagaimana
yang dijelaskan pada bab-bab terdahulu bahwa Sawerigading bersama
pengikutnya empat puluh orang yang menumpang sebuah kapal terdampar di
sebuah wilayah yang diberi nama ‘Bhahutara’pada saat sebuah pulau
mucul dipermukan yang saat ini dikenal sebagai Pulau Muna.Setelah
terdampar, empat puluh orang pengukut Sawerigading tersebut kemudian
menyebar dan membentuk koloni-koloni bersama dengan penduduk asli yang
telah terlebih dahulu menghuni Pulau Muna, sedangkan Sawerigading
sendiri diceritakan terus melanjutkan petualangannya.
Tidak
ada yang menjelaskan apakah Sawerigading melanjutkan petualangannya
dengan kapalnya yang terdampar tersebut atau membuat kapal baru.Tapi
yang jelas kehadiran Sawerigading dan emat puluh pengkutnya di Daratan
Muna telah membawa nuansa baru dalam pembangunan peradaban dalam
kehidupan Orang Muna.
Seiring
dengan perkembangan zaman, koloni-koloni yang dibangun oleh pengikut
Sawerigading tersebut bersama masyarakat lokal semakin besar hingga
terbentuklah kampong-kampong. Setelah penduduk semakin banyak dan
kampong yang terbentuk semakin luas serta permasalahannya juga yang
semakin kompleks maka mereka mengangkat seorang pemimpin diantara mereka
untuk mengatur seluruh kehidupan social mereka.
Menurut
beberapa catatan sejarah mengungkapkan, sebelum terbentuknya kerajaan
Muna, dimuna telah terbentuk delapan kampong dengan pembagian 4 kampong
dipimpin oleh kamokula yaitu ;
1. Tongkuno,pemimpinya bergelar Kamokulano Tongkuno
2. Barangka,pemimpinnya bergelar Kamokulano Barangka
3. Lindo, pemimpinnya bergelar Kamokulano Lindo
4. Wapepi, pemimpinnya bergelar Kamokulano Wapepi
Sedangkan empat kampung lainnya di pimpin oleh mieno yakni:
1. Kuara, pemimpinnya bergelar Mieno Kaura
2. Kansitala,pemimpinnya Mieno Kasintala
3. Lembo,pemimpinnya bergelar Mieno Lembo
4. Ndoke. Pemimpinnya bergelar Mieno Ndoke
Pembagian wilayah menjadi depan kampong tersebut bertahan sampai pemeritahan raja Muna VI Sugi Manuru.
Walaupun masih sangat sederhana, kedelapan kampong yang telah terbentuk mengikat diri dalam sebuah ‘Union’ dengan mengangkat Mieno Wamelai sebagai pemimpin tertinggi. ‘Union’
yang telah terbentuk itu sangat memudahkan Bheteno ne Tombula Raja Muna
I dalam menyusun struktur pemerintahaan dan struktur social ketika
awal-awal pemerintahannya.Union yang telah terbentuk sebelumnya belum
dianggap sebagai Negara karena belum memenuhi syarat syarat sebagai
sebuah Negara ( Kerajaan ).
Nantilah
dilantik Bheteno Ne Tombula sebagai Raja Muna I, Kerajaan Muna baru
dapat dikatakan sebagai sebuah negara karena telah memenuhi
syarakat-syarat sebagai sebuah negara yaitu telah memiliki Rakyat,
Wilayah dan pemerintahan yang berdaulat dan seluruh stakeholder
bersepakat untuk mengikat diri dalam sebuah pemerintahan dengan segala
aturan-aturannya yang bernama Kerajaan Muna.
Sepanjang
sejarah kerajaan Muna lebih kurang 530 tahun( 1417—1949 ), tercata ada
39 orang Raja yang pernah memimpin Kerajaan Muna, terdiri dari 34 orang
raja yang dipilih dan dilantik oleh Sarano Wuna yaitu lembaga yang
memiliki kewenangan mengangkat dan memberhentikan raja, tiga orang di
utus oleh Kesultanan Buton dalam rangka politik Kooptasi dengan pengaruh
kekuatan Kolonial Belanda yaitu La Ode Umara II dan La Ode Maktubu dan
La Ode Ngkaili serta dua Orang sebagai Raja Pengganti ( Pejabat
Sementara ) karena terjadi kekosongan Kekuasaan akibat intervensi
colonial Belanda yaitu Wa Ode Wakelu ( Permaisuri Raja La Ode Ngkadiri
yang digulingkan oleh belanda ) dan La Aka Bhonto balano yang juga saat
menjabat Rajanya di Gulingkan Oleh pemerintah colonial Belanda.
B. KERAJAAN MUNA DIPIMPIN OLEH SUGI
Pasca
pemerintahan Bheteno Ne Tombula 1467, Kerajaan Muna di pimpin oleh Sugi
( Yang Dipertuan).Tidak ada catatan sejarah yang mengisahkan mengapa
Raja-Raja Muna pasca Bheteno Ne Tombula bergelar Sugi.Namun dari cerita
rakyat Muna sedikit mengungkapkan bahwa pemakaian Gelar Sugi tersebut
menunjukan kedekatan hubungan antara Kerajaan Muna dengan
Kerajaan-Kerajaan di Jawa khususnya Kerajaan Majapahit karena sugi
tersebut berasal dari Bahasa Jawi Kuno yang artinya Suci atau
dikeramatkan.
Pemerintahan Kerajaan Muna yang dipimpin oleh Sugi berlangsung selama
71 tahun ( 1467 – 1538 ). Sepanjang sejarah Kerajaan Muna ada lima orang
Sugi yang perna memimpin Kerajaan muna. Mereka itu adalah Sugi Patola, Sugi Ambona, Sugi Patani,Sugi La Ende dan Sugi Manuru.
Dari
kelima Sugi tersebut, Sugi Manuru lah yang paling banyak disebut-sebut
dalam sejarah. Hal ini berkaitan dengan peranan beliau dalam melakukan
penataan Sistem Pemerintahan, Kemasyarakatan, Sosial dan hukum di
Kerajaan Muna. Karena jasanya tersebut, Sugi Manuru Oleh Masyarakat Muna
di beri gelar “Omputo Mepasokino Adhati” artinya Raja yang menetapkan
nilai-nilai dasar ( Adat ).
D. kerajaan Muna Pra Islam
Kerajaan Muna pra islam berangsuung selama 208 tahun ( 1417 -1625
). Dalam kurung waktu tersebut kerajaan Muna dipimpin oleh 10 orang
raja. Pada masa pemerintaha pra islam tersebut tercatat terjadi
beberapa peristiwa yang dilakkkan oleh Raja-Raja Muna yang terukir tinta
emas dalam lembaran sejarah dunia.
Sayangya
akibat kooptasi VOC Belanda dan Kesultana Buton serta terlambatnya
pembudayaan tulis dan kurangnya minat masyarakat Muna dalam menulis
sejarah maka goresan sejarah Putera Muna tersebut dicatat sebagai
sejarah Buton. Akibatnya erajan Muna kurang dikenal dalam pergaulan
kerajaan-kerajaan nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar